Translate to your language

Tuesday, March 28, 2017

Menghitung Bintang

Menghitung Bintang

Malam menyepuh wajahmu. Kuliat kesedihan itu mempertahankan diri dari senyumanku. Dua ribu lima ratus lima puluh enam bintang di dekat pipimu. Kuhitung dengan lambat, sebab bintang tak mau diam. Mereka seperti anak ayam. Delapan ratus tujuh puluh delapan di dekat rambutmu. Mereka memberi cahaya pada rambutmu yang lebat. Tetapi bintang terlalu cepat berkembang biak. Semakin malam, mereka semakin banyak dan terang. Kubayangkan, di atas langit ada ranjang tempat bintang bersetubuh, lantas dalam beberapa menit sekali langsung melahirkan bayi. Mereka serupa si Nengsih, kucing tetangga yang anaknya sudah tak terbilang.
"Kenapa kau menatap langit seperti itu?"
"Aku hanya sedang menghitung bintang?"
"Berapa jumlahnya?"
"Aku tak tahu pasti?"
"Kenapa?"
Seribu sembilan puluh tujuh di dekat telingamu. Dan satu bintang semakin bertambah terang di kedua bola matamu
"Kenapa? Kenapa kau tak memastikannya?"
"Sebab bintang dan cinta itu bukan angka matematika yang akan kita ketahui hasilnya dengan pasti, walaupun telah dihitung berulang kali"
Kulihat bintang di matanya hampir terjatuh.
"mereka hanya memberi, apakah kau tahu berapa banyak candela cahaya dalam setiap sekonnya yang menerangi sudut saat kita bercerita?"
"Begitu juga dengan sesuatu yang ada dalam hatiku, kau tak akan pernah bisa menghitungnya"
Bintang di matanya kembali berpendar. Aku hanya bisa menyeru dalam setiap kesepianmu, termasuk sujudmu. Selebihnya kau yang harus memanggilku dalam setiap doa.

MR. Maskur, 2017