Translate to your language

Tuesday, September 11, 2018

Bersinggah ke Rumah Kopi Ranin



Sudah sejak lama saya ingin duduk dan menikmati kopi di rumah ini. Entahlah, terkadang kopi memang seperti magnet yang menarik seseorang untuk menikmatinya. Awalnya saya akan berangkat sendiri sepulang ngantor dari Cianjur. Kemudian saya berkelekar dengan salah seorang rekan kerja. Dan ternyata ia mengiyakan, walau sedikit ragu apakah aku masih waras atau tidak.

Dan di hari itu, ketidakwarasan menular. Perjalanan kurang lebih 2 jam hanya untuk menikmati secangkir kopi. Belum ditambah lagi macet dan tersesat di perumahan, g**ogle maps kadang sesat--menjerumuskan kita pada jalan yang tidak ihdinashirotol mustaqin. Jalan kecil gelap dan penuh pepohonan (ini tidak didramatisir).

Setelah sampai, ternyata rasa lapar sudah lebih dulu menyambar. Dan tidak ada makanan di sana, hanya ada segala tentang kopi. Kami pun keluar kembali, menyumpal perut yang manja dengan pecel lele dan nasi. Lalu kembali ke Rumah Kopi Ranin.

Beverage yang pertama saya pesan adalah V60 Single Origin Lintong. Dan kesan dari tegukan pertama ini sungguh keren; sweetness, berry fruit, chocolate, charamel, clean--hampir tidak ada bitter. Teman saya memesan Latte Charamel. Dan ini juga tidak biasa, tidak ada lukisan di atasnya seperti Latte pada umumnya. Tetapi ketika dicoba, rasanya memang luar biasa. Mungkin ini yang dinamakan inner beauty pada kopi. Tak perlu gula untuk menikmati Latte di sini.

Karena merasa belum puas, saya memesan V60 Single Origin Papua Wamena. Saya pernah mencoba Papua Kiwirok, dan rata-rata kopi dari tanah papua selalu meninggalkan kesan body yang tebal dan Earthy. Dan ternyata benar, rasanya tidak berbeda jauh. Untuk kopi kedua, saya tidak terlalu kaget, karena sudah bisa menebaknya.

Sebelum pulang, saya melihat banyak beans kopi berjajar rapi, seolah merayu "ayo bawalah aku!". Dan aku pun membawa salah satu dari mereka, yaitu Arabika Single Origin Mandailing. Saya pernah mencoba Mandailing, tetapi apakah rasanya akan selalu sama? Tidak, ini bergantung pada prosessor dan roasternya. Dan Rumah Kopi Ranin ini meroasting kopinya sendiri.

Sampai di Cianjur, saya tidak langsung tidur. Langsung mencoba Mandailing, memang roast datenya sangatlah baru, tertulis 10 september 2018. Dan citarasa kopi itu keluar dari 2 minggu setelah roast date (bila dirata-ratakan). Karena ada namanya proses degassing, atau pelepasan gas karbondioksida. Tetapi karena tidak sabar, saya pun langsung menyeduhnya dengan metode V60--grind size medium, suhu 90°C, Rasio 1:15. Dan sekali lagi saya dikagetkan, awalnya saya mengira citarasa kopinya tidak akan keluar, ternyata jauh dari perkiraan saya. Kopinya terasa sangat sweetness, chocolate, charamel, dengan sedikit rasa gula aren, dan asam apel malang, body tidak terlalu tebal, cenderung clean. Ini sangat berbeda jauh dari Mandailing yang pernah saya coba di kedai kopi yang lain.

Hal yang saya perhatikan lagi adalah beans kopi yang sangat bagus, hampir tidak ada defect. Mungkin proses hulling dan sortingnya sangat epic. Karena penasaran saya telusuri kembali, dan ternyata pemilik Rumah Kopi Ranin ini adalah seorang edukator petani kopi yang pernah menjuarai juara kopi Nasional tahun 2016, dengan kopi Robusta Cibulao. Beliau adalah pak Tejo Pramono, saya sangat respect padamu Pak. Terimakasih Pak, Terimakasih Rumah Kopi Ranin. Tunggu saya kembali. Hehe

Bogor, 2018