Rasa penasaran yang terus bergejolak.
Aku menemukan jawaban, tapi tidak kunjung puas. Aku menemukan jawaban lagi yang
lain, tapi tidak kunjung puas juga. Berhari-hari aku mencari jawaban hanya
untuk memuaskan diri, betapa muskilnya hidup ini. Berulangkali juga saya
bertanya pada teman-teman, dan mesin penjawab paling mutakhir di zaman ini.
Namun, hasilnya tetap nihil. Aku hanya berpikir, apakah yang lebih besar ketika
aku mencari jawaban? nafsu menjawab atau akal? Kepalaku seolah-olah sudah jadi
batu, betapa keras dan berat. Aku sempat tidak mau lagi memikirkan jawaban ini,
karena memang sebagian orang menganggap pertanyaan ini error, arah dari pertanyaan ini berlawanan. Namanya juga
paradoks, pasti memuat hal kontradiksi, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.
Tinggal dua kemungkinan, pertanyaan yang di dalamnya berlawanan ini akan saling
menghancurkan atau menguatkan.
Hari-hari
berikutnya, aku hanya ingin merenungi setiap apa yang terjadi dan ekses dalam
hidup ini. Ketika berkendara di motor dengan santai, tiba-tiba hal yang
kuanggap sebagai sebuah jawaban pun menepuk kepalaku. Barangkali inilah cara
Tuhan memberikan kisi-kisiNya. Dari kemarin akalku bebal karena terlalu
bernafsu mencari jawaban. Sehingga aku kehilangan kejernihan pikiran dan
ketenangan perasaan. Dan jawaban ini tidak akan pernah bisa memuaskan setiap
orang, karena perbedaan daya interpretasi dan konklusi. Baiklah, inilah
pertanyaan yang membatu dalam pikiranku, dan Tuhan memecahkannya dengan palu
kebesaranNya.
Apakah Tuhan yang Maha Kuasa bisa
membuat sebuah batu yang tidak bisa diangkat oleh diriNya sendiri?
Tuhan
yang Maha Kuasa. Kuasa Tuhan itu soal penciptaan dan kekuatan. Tuhan mencipta
batu adalah soal peciptaan, dan Tuhan mengangkat batu adalah soal kekuatan.
Jawabannya terletak di antara dua inti itu yang saling berkorelasi. Tanpa
peciptaan, kekuatan tidak bisa ditunjukan. Sebenarnya jawaban telah sampai di
situ, dan jawaban itulah yang akan mengantarkan kita pada bisa atau tidak bisa.
Tetapi namanya juga manusia yang tak pernah puas, mereka terus mengeksploitasi
jawaban untuk menemukan kontras benar dan salah.
Jawaban
bisa atau tidak bisa tergantung pada tarekat dan makrifat seseorang tentang
ketuhanan. Dan ini akan menjadi kebenaran subjektif, benar atau salah
tergantung interpretasi seseorang. Soal penciptaan dan kekuatan, maka peciptaan
lebih dulu ada dan lebih utama bila melihat konteks kata dalam kalimat
pertanyaan di atas. Maka saya beranggapan Tuhan bisa membuat batu yang tidak
bisa diangkat oleh diriNya sendiri. Bukankah kita mengenal kekuatan dan
kebesaran Tuhan dari berbagai hal yang diciptakanNya?
Maka
sepantasnya ketika Tuhan Maha Pencipta maka dia juga sedang menunjukan
kekuatanNya, meski dalam benak kita seolah-olah Tuhan sedang melemahkan diriNya
dengan tidak bisa mengangkat batu tersebut. Kita terlalu menekankan kata
mengangkat sehingga menganggap Tuhan begitu lemah, padahal dia yang
menciptakanNya. Kalau dia tidak bisa mengangkatNya, bukankah dia bisa
menghancurkan atau menghilangkanNya? Karena dialah sang Maha Pencipta.
Analogi
yang lebih kecil adalah ketika kita membuat sebuah mainan, dan ketika sudah
jadi kita tidak bisa merubahnya lagi. Karena memang setiap sudutnya sudah dilem
dan dipaku. Dan ketika hal itu terjadi, bukankah kita bisa menghancurkannya
untuk membuatnya lagi? Karena kitalah penciptaNya. Banyak hal yang menunjukan
seolah-olah Tuhan lemah dan mengantarkan kita untuk mengenal kekuasaanNya.
Seperti kenapa Tuhan tidak membuat semua orang itu baik dan meyakini akan
keberadaan diriNya? Di sinilah proses untuk sampai pada sebab. Sebab orang baik
adalah mengenal buruk. Sebab orang meyakini keberadan adalah berawal dari
ketiadaan. Baik dan buruk, yakin dan tidak yakin, begitu juga bisa atau tidak
bisa adalah bagian kekuasaan Tuhan. Wallahu'alam bishowab.
Cianjur, 2018