Di zaman sekarang, puisi menjadi barang antik. Tidak semua orang suka puisi, padahal secara sengaja atau tidak sengaja, hidup mereka tidak terlepas dari puisi. Sebagaimana barang antik, puisi sangat mahal. Puisi juga adalah prasasti perjuangan. Ada yang perlu diingat dan dicatat, senjata bangsa Indonesia bukan hanya bambu runcing, puisi juga adalah senjata pemberontakan di masa penjajahan atau pasca kemerdekaan. Banyak ketidakadilan yang diperjuangan dengan puisi.
Rendra,
salah seorang sastrawan terkenal, dikecam karena sajak-sajak pembangunannya
yang mengkritik pemerintah. Wiji Tukul, sastrawan pemberani yang meneriakan
suara rakyat di telinga pemerintah lewat puisi-puisinya. Taufik Ismail,
sastrawan yang lemah lembut bicara lewat puisi dari hati ke hati. Chairil
Anwar, pejuang tangguh yang menyuarakan ketidakadilan dalam masyarakat. Dan
masih banyak lagi tokoh sastrawan lainnya yang berpengaruh terhadap kehidupan
bangsa.
Puisi
itu satu wajah dalam beribu rupa, maksudnya adalah puisi itu multitafsir. Orang
bebas menafsirkan puisi sesuai pemahamannya. Aku heran, di zaman sekarang orang
masih beranggapan bahwa mereka tidak bisa atau sulit menulis puisi. Padahal, zaman
sekarang itu sudah memasuki era puisi bebas. Salah seorang pencetusnya adalah
Chairil Anwar, puisi bebas ditulis dalam beberapa bait, atau dalam beberapa
kalimat saja, yang terpenting pesannya sampai pada pembaca. Dulu, pujangga lama
memang sangat terkurung pada aturan, mungkin hal ini bertujuan pada bentuk
keindahan yang dipertahankan. Dan sekarang, lebih mengutamakan pesan yang disampaikan.
Puisi
juga adalah bentuk ibadah kepada Tuhan. Seperti KH. Mustofa Bisri, Emha Ainun
Najib, Rumi, Abdul Hadi WM, dan beberapa penyair lainnya—mereka bershalawat dan
solat dalam puisi. Dengan puisi juga, orang bisa berbakti pada orangtua,
seperti ‘Ibu’ karya D. Zamawi Imron. Atau bila melihat fungsi puisi di zaman
sekarang sebagai bunga asmara, maka bacalah puisi Sapardi Djoko Damono yang
sangat romantis. Jadi puisi itu cara terbaik untuk hidup, kalau kata puisi
Taufik Ismail itu ,‘Dengan puisi aku bernyanyi,
sampai senja umurku nanti.’
Cianjur, 2018
Bak
sastra puisi ini bisa digunakan untuk mandi, mandinya mandi puisi. Orang bisa
membaca beberapa puisiku di link ini (Puisi-Puisi MR.Maskur) atau puisi beberapa sastrawan terkenal yang telah kukumpulan :
0 komentar:
Post a Comment