Saat ini media pers terkesan mementingkan keramaian dari sebuah berita, dibanding bobot manfaatnya bagi masyarakat. Bukankah sifat humor dalam diri seseorang itu adalah sesuatu yang wajar? Dan saya yakin seorang pejabat sekalipun pasti sering nyeloteh santai bila menjawab sebuah pertanyaan. Namun, memang jelas ia salah menempatkan celotehannya. Ia dianggap menghina lambang negara kita yang sakral. Padahal di luar sana, orang-orang baik dari kalangan masyarakat maupun pemerintah juga sama menghinakannya, lebih parahnya lagi bukan hanya lambang negara, tapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (nilai-nilai pancasila). Mereka menghina tidak dengan perkataan, tapi dengan buruk tingkah laku dan perbuatan. Apakah korupsi bukan sebuah penghinaan untuk negeri kita? Bila bukan, saya takut bangsa ini menganggap lambang negara sebagai berhala, menyembahnya seperti Latta dan Uzza, lantas mudah marah bila orang menghinanya. Padahal lambang negara hanyalah sebuah penyimbolan dari nilai-nilai yang jauh lebih dalam. Jadi apa yang lebih penting antara lambang negara atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya? Jadi apa yang lebih parah antara penghinaan dengan perkataan terhadap lambang negara atau penghinaan denga perilaku terhadap nilai-nilainya?. Sedangkan di media sosial orang-orang juga ramai mencaci dan memarahinya. Tapi apakah itu adalah sikap yang bijak? Mungkin lebih baik menasehati dan menutupinya diam-diam. Sebagai seorang manusia kita sudah sepatutnya menjaga keburukan atau aib orang lain. Dan dalam islam pun sama, seorang muslim yang membuka aib orang lain itu seperti memakan mayat saudaranya sendiri. Sudahlah, sudah banyak keburukan yang diumbar tentang negeri kita sendiri. Mungkin wajah negeri kita sudah merah sekali, sudah malu berkali-kali. Ini bukan pembelaan, tapi pengkajian terhadap kebenaran. Ah aku hanya bocah, tak pantas berbicara benar atau salah. Lebih baik meminta pendapat pada para tetua, hehe (terkait kasus seorang artis yang menghina lambang negara)
0 komentar:
Post a Comment