Aku hanya orang bodoh. Terlalu bebal memahami semuanya. Tapi dalam kitabku, Tuhanku tak henti-hentinya menyuruhku berpikir. Dulu, aku berpikir bumi itu bulat. Mungkin kalau saat ini seperti tahu, lebih tepatnya tahu bulat. "Tahu bulat... digoreng dadakan.. lima ratusan.. haraneut keneh."(Nada dan iramanya yang akrab di telinga anak-anak Cianjur). Tapi, konon sekarang bumi itu datar. Bukan berubah bentuk. Hanya orang-oranglah yang merubah pikirannya. Beberapa pernyataannya bisa Anda saksikan di mang Youtube, terbagi menjadi beberapa episode (Flat Earth). Ini soal konspirasi. Tapi aku tak terlalu mengerti. Ini soal keterlaluan, dimana mereka terlalu pintar, dan aku terlalu bodoh. Kubaca kembali kitabku, sebuah potongan surat Albaqarah ayat 22; "Dialah yg menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu.." Firasyi atau hamparan, Tuhan apakah artinya ya? Otakku makin dungu saja. Tapi Kau menyuruhku selalu berpikir bukan? Oleh karena itulah aku tak pernah menyerah pada kedunguanku. Apakah dengan kata firasyi itu menerangkan bahwa bumi itu memang datar? Karena biasanya sesuatu yg terhampar berada di tempat yang datar. Tetapi tidak sepert itu juga, sebab sesuatu yang datar itu tergantung posisi tubuh dan mata kita saat melihat. Bisa saja sebuah jurang terlihat datar bila posisi tubuh dan mata kita sejajar dengan jurang tersebut. Hm…, kembali ke pikiran awal, sepertinya bumi itu bulat. Ah, aku memang bebal. Aku sebal. Kepalaku mulai sakit. Nyut… Nyut.. Nyut… Aku tahu, tak ada surat dalam kitabku yang menyuruhku berhenti berpikir. Sebuah ayat dalam Al-Quran tidak bisa diartikan secara gamblang seperti membaca komik anak-anak. Kita membutuhkan kontemplasi yang tinggi. Tuhan apakah Firasyi itu? Apakah Kau juga tidak tahu? Bukankah Kau yang menciptakannya? Dan kata guru sekolah agamaku, Kau itu yang Maha Tahu. Tetapi aku mengerti, seorang guru yang baik tak akan memberikan jawabannya dengan mudah pada muridnya. Begitu juga dengan Kau. Kau menyuruh kami berpikir, agar kami menjadi pintar bukan? Dan lulus lalu mendapatkan gelar. Dan sebaik-baiknya gelar di hadapan-Mu adalah taqwa bukan? Dan taqwa itu bukan hanya taat beribadah, tanpa memikirkan segala penciptaan-Mu. Taqwa itu adalah ketika kita saling memahami. Kau selalu memahamiku, dan dalam hidup ini giliranku yang memahami-Mu. Memahami segalanya tentang-Mu, termasuk memahami kenginanMu. Selain beribadah, Kau ingin aku berpikir. Baik, Tuhan aku akan berpikir lagi. Firasyi atau hamparan itu mungkin tak menerangkan bumi datar. Bisa saja hanya menerangkan sebagai lantai tempat kita berpijak di bumi ini, karena lanjutan dari surat Albaqarah ayat 22 itu adalah "dan langit sebagai atap.." Atap itu adalah bagian dari rumah, dan di bawah atap itu ada lantai. Lantai itu sebagai hamparan atau firasyi bagi kita. Jadi kalau secara utuh, Tuhan itu menggambarkan jagat raya ini sebagai rumah bagi seluruh makhluk hidup. Bila sebagai rumah, kucoba naik ke atap (=Langit) untuk melihat lantaiku (=Bumi), dan ternyata memang berbentuk hamparan atau firasyi. Hmmm…., bumi itu datar (Maaf aku plin-plan, tapi itu bukan sebuah jawaban akhir dari pertanyaan ini). Aku masih penasaran, aku pun pergi ke luar (=Angkasa luar). Ternyata dari luar, bentuknya tidak lagi datar, melainkan kotak dengan segitiga di atasnya. Hingga sampailah aku pada kesimpulan yang goblok dan amat sederhana bagi umurku yang ke 19 tahun di tanggal 24 Oktober nanti (Hanya informasi, tidak mengharapkan kado. Cukup doa aja sekalian barang atau makanan yang bisa dikirim ke alamat rumahku. Itu cukup membahagiakan kok). Jadi, kesimpulan dari otakku yang dungu adalah bumi itu terlihat datar bila kita yang melihatnya berada di langit, misalnya bila berada dalam pesawat. Dan bila kita pergi ke angkasa luar, maka bentuknya tidak lagi datar. Mungkin memang benar bulat, bisa juga kubus, bisa juga balok. Bahkan, bisa juga seperti lope, kue balok, kue bandros, atau apa saja terserah imajinasi Anda. Haha.. (sebab saya pun tak tahu bila melihat planet ini dari angkasa luar). Yang terakhir adalah betapa besarnya Kekuasaan Tuhan menciptakan rumah ini beserta seluruh isinya, tempat seluruh makhluk hidup memulai dan mengakhiri nafasnya. Juga tempatku bersujud, termasuk mensujudkan pikiranku tentang semua hal ini. Wallahu ‘alam.
0 komentar:
Post a Comment